Konsekuensi Sekolah Menerapkan Kurikulum Merdeka

Konsekuensi Sekolah Menerapkan Kurikulum Merdeka

Untuk menerapkan kurikulum merdeka di tahun ajaran 2022 ini, sebelum satuan pendidikan tersebut benar-benar memutuskan untuk menerapkannya, yang pertama adalah tentunya Bapak/Ibu harus memahami perubahan apa saja yang dilakukan sebagai konsekuensi dari penerapan Kurikulum Merdeka tersebut.

Konsekuensi yang paling penting adalah bapak dan ibu harus memahami filosofi dan paradigma yang melandasi Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum operasional dan menerjemahkan kurikulum merdeka menjadi kurikulum operasional yang sesuai dengan karakteristik masing-masing satuan pendidikan.

Ada tiga hal yang perlu diketahui untuk menerjemahkan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Operasional yaitu antara lain:

1. Menerjemahkan capaian pembelajaran menjadi alur tujuan belajar

2. Merancang pembelajaran berbasis projek

3. Menyusun struktur kurikulum operasional untuk satuan pendidikan

Dalam Kurikulum Merdeka, kompetensi yang ingin dibentuk dirumuskan sebagai capaian pembelajaran yang lebih terintegrasi. Tidak lagi dibagi antara pengetahuan, keterampilan dan sikap, karena sebuah kompetensi selalu merupakan perpaduan dari ketiga dimensi tersebut.

Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka, capaian pembelajaran tidak ditetapkan tiap tahun melainkan tiap fase atau tiap tahap, yaitu bisa satu tahun, dua tahun atau tiga tahun. 

Karena ditetapkan per fase, maka capaian pembelajaran harus diterjemahkan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih kecil yang bisa dicapai dalam periode waktu yang lebih singkat. Artinya dengan kata lain, satuan pendidikan harus merumuskan alur tujuan pembelajarannya sendiri. Selain itu juga, satuan pendidikan juga harus merancang pembelajaran berbasis projek. 

Struktur Kurikulum Merdeka dibagi menjadi dua yaitu intrakurikuler dan Ko-kurikuler.  

Bagian Ko-Kurikuler inilah yang berisi pembelajaran berbasis project. Pembelajaran berbasis project ini sebenarnya tidak mengacu pada satu metode pembelajaran yang spesifik. Ini adalah istilah yang menggambarkan pembelajaran dengan beberapa ciri yaitu;

Pertama; Pembelajaran ini bersifat lintas mata pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk melihat keterkaitan materi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. 

Kedua; Pembelajaran berbasis project bersifat aplikatif, bukan berbasis teks saja, tetapi dirancang untuk menyelesaikan problem, menjawab isu tertentu, atau membuat karya seperti karya seni, pertunjukan, atau sebuah produk yang bermakna. Dengan demikian, peserta didik melihat bahwa ilmu pengetahuan bias relevan bagi kehidupan mereka.

Ketiga; Pembelajaran berbasis project dilakukan dalam kelompok. Jadi ini bukan tugas individual. Ini memberi kesempatan belajar bagi peserta didik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, termasuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan konflik.

Peserta didik juga lebih mandiri dalam mengelola proses belajarnya. Jadi ini adalah modal yang sangat penting untuk menjadi pelajar sepanjang hayat.

Catatan penting lainnya tentang pembelajaran berbasis project adalah tidak harus menggunakan teknologi atau fasilitas yang canggih. Project yang paling baik justru yang sesuai dengan kondisi dan konteks lokal. 

Dalam Kurikulum Merdeka, pembelajaran berbasis project diberi jam pelajaran tersendiri yang cukup banyak. Karena itu satuan pendidikan harus merencanakannya secara terpadu. Selain membuat alur tujuan pembelajaran dan merancang pembelajaran berbasis project, satuan pendidikan juga perlu menyusun struktur kurikulum operasionalnya.

Dalam Kurikulum Merdeka, jam pelajaran tidak dikunci per minggu melainkan ditentukan pertahun. Satuan pendidikan perlu memutuskan bagaimana membagi jam pelajaran ini di dalam kurikulum operasionalnya. Apakah mau dibagi rata setiap minggu atau mencoba model yang berbeda. Ini tentu harus dirumuskan bersama-sama seluruh guru yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka.

Selain itu, ada beberapa perubahan yang khas disetiap jenjang yang perlu diakomodasi dalam kurikulum operasional. Misalnya untuk SD dan sederajat, ada pilihan memasukan Bahasa inggris sebagai pelajaran pilihan. Satuan pendidikan perlu memutuskan apakah ini sesuai dengan visi misi sekolah, dan jika demikian persiapan apa yang perlu dilakukan oleh sekolah.

Untuk SMP dan sederajat, ada mata pelajaran informatika yang sekarang menjadi pelajaran wajib. Untuk SMA dan sederajat tidak ada lagi peminatan IPA, IPS dan Bahasa. Hal ini diganti dengan pilihan mata pelajaran di kelas XI dan XII. Ini tentu penyesuaiaan yang kreatif oleh satuan pendidikan.  

Tiga hal ini, yaitu menerjemahkan capaian pembelajaran menjadi alur tujuan belajar, merancang pembelajaran berbasis project, dan menyusun struktur kurikulum operasional satuan pendidikan adalah konsekuensi dari penerapan Kurikulum Merdeka.

Semua materi yang perlu Bapak/Ibu pelajari, mulai dari buku teks, capaian pembelajaran, perangkat ajar, modul, sampai dengan pelatihan-pelatihannya tersedia di platform Merdeka Mengajar. Jadi gunakan waktu beberapa bulan kedepan untuk belajar dan bersiap sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka diawal tahun ajaran 2022 nanti.

Untuk Bapak dan Ibu yang memang sudah mantap memutuskan, langkah berikutnya adalah mendaftarkan sekolah, madrasah, PKBM anda untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Selamat berefleksi, selamat belajar untuk merancang pembelajaran yang lebih bermakna dan lebih menyenangkan untuk peserta didik kita semua. 

Sumber: Anindito Aditomo S.Psi, M.Phil.,Ph.D, Kepala BSKAP (Badan Standar Kurikulum Dan Asesmen Pendidikan)

Penulis: Thom Fallo

Post a Comment for "Konsekuensi Sekolah Menerapkan Kurikulum Merdeka"