Guru Di TTU Masa Bodoh Dengan Teriakan Siswa, Akhirnya Kecewa Dan Menyesal

Rasa kecewa dan menyesal akhirnya dialami seorang guru yang bertugas di SMA Negeri Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Guru tersebut adalah Hubertus Fallo.

Bagaimana tidak, guru tersebut malas tahu dan masa bodoh dengan teriakan siswanya yang sangat membutuhkan kendaraan untuk ditumpangi ke sekolah karena takut terlambat. Kejadian ini tepatnya pada Selasa (15/3/2022) pagi hari ketika hendak ke sekolah.

Selain karena takut terlambat, di wilayah tempat tinggal siswa tersebut juga jarang ada kendaraan umum seperti angkot atau ojek karena berada di desa, dan juga mungkin ada kendala lain yang dialami siswa tersebut sehingga butuh tumpangan.

Pak dengan Saya” teriak siswa tersebut. Guru tersebut medengar suara siswanya, tetapi guru tersebut tancap gas, dengan kecepatan tinggi dan sengaja tak mendengar suara siswa tersebut, guru tersebut terus melaju dengan menggunakan motornya menuju sekolah.

Teriakan siswa ini tepat pukul 07.05 tepatnya di Desa Usapinonot. Jarak Desa Usapinonot dengan SMAN Insana Barat sekitar 7 Km melewati jalan berlubang dan bebatuan sehingga siswa waktu 10 menit jika siswa tersebut menumpang maka sudah pasti akan terlambat.

Ceritanya panjang, sampai hal demikian berulang kali terjadi. SMA Negeri Insana Barat adalah salah satu sekolah yang terletak di Kecamatan Insana Barat. Jarak dari pusat kota Kefamenanu menuju sekolah ini sekitar 20 Km. Pergi pulang sekolah 40 Km.

Dari kota menuju ke sekolah akan melewati tujuh desa. Akses infrastruktur  jalannya tidak begitu bagus alias hampir 75% jalannya aspal terkelupas, bebatuan dan berlubang. Kondisi jalan rusak ini membuat kendaraan cepat rusak dan badan terasa lemas ketika pulang sekolah.

Waktu tempuh ke sekolah jika menggunakan sepeda motor sekitar 30 menit jika kecepatan tinggi, 45 menit jika kecepatannya standar, dan jika mengunakan mobil waktu tempuh sekitar 45-60 menit karena kita akan jalan pelan-pelan melewati jalan rusak tersebut. 

Finger Print atau Sistem absensi untuk guru dan pegawai di sekolah menggunakan sidik jari sebagai rekaman absensi. Sidik jari merupakan salah satu identitas manusia yang paling unik pada setiap individu.

Absen sidik jari merupakan absensi elektronik yang tidak bisa dikompromi, dan menurut tenaga teknis yang menangani sistem absensi ini bahwa absensi atau kehadiran guru dan pegawai langsung tersinkron dengan dapodik dan terbaca di server pusat.

Hal ini membuat membuat guru dan pegawai di SMAN Insana Barat setiap harinya harus beradaptasi dengan model absen elektronik tersebut karena baru pertama kali digunakan walaupun jarak tempat tinggal guru dan pegawai dengan tempat tugas sekitar belasan hingga puluhan kilo meter bahkan ada guru yang tempat tinggal di atambua dan setiap paginya datang mengajar di SMAN Insana Barat.

Singkat cerita, kejadian bernilai negatif ini sudah berulang kali dilakukan oleh guru Hubertus, lantaran takut terlambat. Ia takut terlambat karena absen sidik jari tersebut diatur batas masuk pagi pukul 07.15 sehingga kalau 07.16 sidik jari pun akan dianggap tidak hadir atau alpa di hari tersebut walaupun guru atau pegawai ada di sekolah.

Guru Hubertus berulang kali menghiraukan teriakan siswa yang meminta bantuan untuk menumpang karena beliau harus berlari lebih kencang lagi agar cepat tiba di sekolah dan absen, jadi kalau guru tersebut berhenti dan membiarkan siswa tersebut numpang dengan guru tersebut maka kecepatan motor berkurang dan mengakibatkan terlambat, lalu dianggap alpa maka akan beresiko besar terhadap guru tersebut yaitu dimarahi pimpinan dalam hal ini kepala sekolah atau dipecat.

Tentu setiap manusia pasti memiliki kekurangan, namun sikap yang dibuat oleh sang guru tersebut merupakan sikap egois yang mementingkan diri sendiri. Sikap sosialnya rendah. Mungkin ketika siswa tersebut teriak ” Pak dengan saya” dan guru tersebut masa bodoh, lewat saja maka pasti dalam hati siswa mengatakan” Pak guru sombong, Pak guru sifat jelek, pak guru egois, dan juga ada pikiran negatif lain yang timbul dari dalam hati siswa terhadap gurunya.

Sementara, ada salah satu guru tua, guru senior yang dua tahun lagi pensiun, yang kebetulan memboncengi salah satu siswa, akhirnya datang terlambat sudah lewat pukul 07.15. 

Hal ini kemudian kita bisa ambil hikmahnya bahwa sikap sosial sebagai seorang guru harus menjadi contoh bagi siswa atau siswi baik di dalam lingkungan sekolah maupun diluar jam sekolah sehingga mereka siswa bisa mencontohi-nya, namun karena alasan kehadiran guru dan pegawai bersifat elektronik dan tanpa kompromi sehingga mau tidak mau, suka tidak suka maka kita kesampingkan kepentingan sosial, lalu utamakan kepentingan pribadi.

Ini semua hanya karena absensi elektronik sidik jari. Selain kejadian ini, ada juga informasi dari sekolah lain kalau ada salah satu SMA yang mereka ke gereja bawa mesin finger print tersebut sehingga pas waktunya langsung sidik jari, tidak perlu krmbali ke sekolah lagi.

Dan masih banyak kejadian unik lainnya di beberapa sekolah karena absensi sidik jari baru pertama kali digunakan oleh beberapa sekolah di NTT, dan juga belum 100% sekolah-sekolah di NTT menggunakan absensi sidik jari.

Semoga kejadian ini tidak terulang lagi, akan tetapi jika waktu mepet maka kejadian ini akan terris berulang dan guru akan dianggap sombong dan tidak baik. Masa anak-anak saya, saya perlakukan hal demikian, tapi kalau terlambat sedikit bisa dipecat kalau terus menerus.

Penulis: Thom Fallo

Post a Comment for "Guru Di TTU Masa Bodoh Dengan Teriakan Siswa, Akhirnya Kecewa Dan Menyesal"