Suka Duka Sekolah Sambil Ojek Karena Orang Tua Tak Mampu Biayai

Jangan sia-siakan kesempatan, karena kesempatan itu datang satu kali. Jack Ma pernah bilang bahwa aset paling berharga itu adalah masa muda yang masih kita miliki dan ketika kita masih muda, ketahuilah bahwa itu adalah saat terbaik untuk kita. Oleh karena itu jangan sia-siakan masa muda anda dengan membuang waktu begitu saja tanpa menghasilkan karya dan pengalaman untuk masa depan anda.

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman hidup saya ketika tamat SMA saya bingung mau buat apa karena tidak ada pengalaman dan keterampilan yang diperoleh di bangku pendidikan dan di lingkungan pergaulan.

Saya terlahir dari anak keluarga miskin, orang tua petani, tidak punya apa-apa, tidak punya keluarga pejabat, tidak punya jaringan, tidak punya modal untuk berwirausaha, namun saya hanya punya semangat dan niat.

Dari SD-SMA saya selalu mendapat bantuan atau beasiswa untuk anak yang orang tuanya petani. Semenjak itu saya bersekolah di SMA Negeri 1 Kefamenanu, dari kelas X-XII saya selalu mendapat beasiswa dan uang itu saya simpan di Bank, sehingga kalau tamat SMA  saya mau melanjutkan ke pendidikan tinggi atau kuliah di Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Namun rencana itu gagal karena orang tua saya meninggal dunia satu minggu sebelum saya mendengar hasil kelulusan Ujian Nasional. 

Ketika orang tua saya meninggal, kami tak punya uang untuk biaya duka sehingga uang saya yang ada di rekening BRI hasil menabung dari beasiswa dipakai untuk acara duka. Uang itu berjumlah Rp. 2.000.000. Padahal uang itu rencananya untuk daftar awal di Undana, Kupang.

Jadi setelah urusan duka selesai dan satu minggu berikutnya saya harus mendengar hasil Kelulusan UN SMA tahun 2007 dan saya dinyatakan lulus.

Setelah lulus SMA saya tak punya uang untuk biaya kuliah, akhirnya saya memutuskan untuk ojek. Ya ojek salah satu pekerjaan bagi saya karena bisa mengenderai sepeda motor. 

Mau ojek juga uang tidak ada untuk membeli motor. Akhirnya saya ke kampung halaman orang tua saya di Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, di sana keluarga memberi saya uang Rp.1.750.000 untuk kredit sepeda motor agar saya bisa ojek.

Sepulang dari kampung, saya kemudian kredit motor Susuki Smash untuk Ojek. Akhirnya saya memiliki sepeda motor untuk ojek. 

Saya ojek sekitar satu tahun lamanya, akhirnya keluarga mama saya di kampung melihat saya ojek terus dan tidak kuliah, karena anak-anak di kampung itu banyak yang tamat SMA dan mereka kuliah, maka keluarga berencana untuk membiayai saya kuliah. 

Mereka nekat membiayai saya kuliah karena mereka lihat anak-anak di kampung itu semua pada kuliah makanya mereka berniat mau membiayai saya kuliah.

Jadi kebiasaan di kampung adalah kumpul keluarga untuk anak yang baru mau mendaftar untuk kuliah. Jadi mereka kumpul uang dan tahun 2008 saya masuk kuliah di Prodi Biologi, Universitas Timor. 

Pada waktu itu saya sementara ojek. Jadi ojek sambil kuliah dan kuliah sambil sambil ojek. Pada awal semester saya ojek tapi sambil baca-baca buku catatan biologi saya waktu SMA. Jadi saat tunggu penumpang di Cabang RSUD Kefamenanu, saya sempatkan diri membaca buku catatan waktu SMA. 

Setiap hari seperti itu dan rutin. Setiap hari bangun jam 5 pagi untuk ojek pagi. Sehingga jam 7 harus menyiapkan diri ke kamus untuk kuliah. Sepulang dari kuliah lanjut lagi ojek sampai jam 9 malam baru masuk tidur. 

Ojek sambil kuliah, kuliah sambil ojek, akhirnya pada tahun 2013 tepatnya bulan juli saya diwisudakan dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) Cumlaude/Predikat dengan pujian. Yaaa bersyukur karena IPK cumlaude walaupun kemampuan biasa-biasa saja. Disyukuri sajalah.

Jadi hal paling menjengkelkan kisah ojek waktu itu adalah harus bangun dini hari untuk ojek (cari uang). Masih tidur enak, baru bangun pagi, dingin lagi, rasanya jengkel sekali, tapi kebutuhan ekonomi menuntut, mau tidak mau harus bangun pagi dan kerja.

Jadi pada kesempatan ini saya mau membagi pengalaman hidup saya untuk teman-teman dan adik-adik saya yang ojek atau sementara kerja apa saja, cari uang sambil kuliah, tetap semangat dan jangan lupa luangkan waktu untuk belajar. 

Belajar apa saja. Belajar yang menurut Anda bermanfaat untuk masa depan Anda ketika nanti sudah selesai wisuda. 

Jangan seperti kami, setelah wisuda, tidak bisa buat pekerjaan sendiri atau ciptakan kerja. Akhirnya harus lamar di mana-mana. 

Setelah saya wisuda itu saya pernah buat lamaran untuk mengajar di salah satu sekolah (SMP). Saya ke sekolah, di sekolah saya disuruh harus ketemu Kepala sekolah, setelah ketemu Kepala sekolah, saya diarahkan lagi untuk harus ketemu Ketua Yayasan karena sekolah tersebut swasta. Setelah antar lamaran di ketua yayasan saya tidak dipanggil lagi. Kasian kan, antar lamaran dan tidak ada informasi balik.

Untuk itu bagi adik-adik generasi penerus bangsa apalagi orang tuanya mampu, pengusaha sukses, PNS, pejabat yang sudah membiayai Anda untuk sekolah, manfaatkan baik-baik kesempatan itu. 

Anda adalah anak yang beruntung, dilahirkan tanpa beban hidup. Hanya tinggal Anda belajar saja, selesai.

Tidak seperti saya dan teman-teman, adik-adik saya yang sekolah dan kuliah saja susah dan setengah mati. Nasib kurang beruntung. Pepatah mengatakan bahwa bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian

Prinsipnya semangat belajar, masa depan yang cerah adalah milikmu yang mau belajar dan berusaha.

Sekian cerita ini, nantikan cerita pengalaman berikutnya. Jangan lupa dishare ya... Terima Kasih

Penulis: Thom Fallo 

Post a Comment for "Suka Duka Sekolah Sambil Ojek Karena Orang Tua Tak Mampu Biayai"