Kepala SMPN Sekon Kembangkan Guru Digital Dari Keterbatasan

 

Ket foto; Adrianus Ua, S.Pd (Kepala SMPN Sekon, TTU-NTT)

Gerakan Literasi Nasional

Berbicara tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tentunya merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. 

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaaan mempunyai program unggulan bernama Gerakan Literasi Bangsa yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalul budaya literasi yaitu membaca dan menulis. 

Salah satu kegiatannya adalah 15 menit membaca buku sebelum waktu belajar dimulai. Secara kultural masyarakat kita belum menonjolkan semangat literasi yang tinggi. Begitupun warga sekolah yang juga belum menunjukan semangat literasi yang tinggi yaitu sebelum belajar dimulai harus membaca buku, apalagi membaca buku di rumah.

Minat Baca Siswa Indonesia

Seperti yang dilansir di beberapa media waktu lalu, duta baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Najwa Shihab mengatakan bahwa minat membaca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. 

Berdasarkan hasil study the Organisation For Economic Cooperation and Development (OCED) melalui program PISA-nya, menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang literasi masih tertinggal dari negara lain, berada pada peringkat 61 pada tahun 2012.

Guru Milenial dan Guru Digital

Menjadi guru milenial dan guru digital diera reformasi teknologi saat ini adalah dengan cara memanfaatkan platform youtube dan blog. 

Orang yang menulis di blog disebut blogger. Blog adalah salah satu website yang memuat konten personal yang isinya berupa artikel (tulisan, video, foto dan link ke website lain yang disediakan oleh penulis blog. 

Blog yang kita buat secara tidak langsung sudah meningkatkan kemampuan literasi dasar kita yaitu baca, tulis dan digital.

Jika diaplikasikan lagi maka blog bisa menghasilkan uang dengan demikian literasi numerasi dan literasi finansial dapat masuk dalam aktifitas blog. Begitupun juga dengan youtube, orang yang memuat konten di youtube disebut youtuber.

Oleh karena itu sebagai guru kita harus sadar bahwa peserta didik yang kita hadapi saat ini adalah peserta didik milenial yang melek teknologi, maka guru juga harus bertransformasi menjadi guru digital di era revolusi 4.0.

Sekilas Tentang SMPN Sekon

Second Touch ada di depan mata dan ada di hatimu. Mari kita berteman dan saling berbagi dalam semangat bergotong royong. Begitulah semboyan khas yang digaung oleh komunitas SMP Negeri Sekon, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT dalam setiap aktifitas belajar mengajar di sekolah. 

SMPN Negeri Sekon yang terletak di Kecamatan Insana, Kabupaten  TTU dipimpin oleh seorang Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Sekolah dengan segudang pemikiran briliant yang kreatif.

Apa Kreatifitas Komunitas SMPN Sekon?

Kreatifitas meraka adalah kreatifitas digital milenial. Mereka sementara mengembangkan semangat literasi merdeka belajar yaitu mengembangkan youtube dan blog.

Sampai saat ini mereka baru menghasilkan 49 buah video di youtube Channel “Second Touch” dengan postingan video pertama pada (3/9/2020) sedangkan jumlah tulisan di blog sebanyak 49 artikel yang diposting pertama pada (21/10/2020) dengan alamat blog sekon.berbagi.blogspot dot com. 

Gagasan Kepala Sekolah ini dibantu oleh tiga rekan gurunya, satu orang staf honorer bernama Irene Afu, S.Pd bertindak sebagai penulis, editor teks dan programer. 

Rencananya media mereka akan dioptimasi sesuai syarat google tapi sementara juga masih tahap belajar karena ini hal baru di kalangan komunitas sekolah. Mungkin di sekolah lain sudah maju dalam hal blog dan youtube tapi bagi kami di SMPN Sekon ini hal baru bagi kami.

Jumlah siswa di SMPN Sekon 67 orang, jumlah Guru ASN 6 orang, PTT 7 orang dan guru blogger (relawan) 3 orang. 

Guru blogger (relawan) adalah salah satu program kepala sekolah untuk mendukung suksesnya program calon guru Penggerak sistem smart, tepat, dan terukur di mana program calon guru penggerak merupakan bagian dari semangat merdeka belajar yang sangat bergengsi dan level advans.

PLT Kepala Sekolah SMPN Sekon, Adrianus Ua, S.Pd ketika dikonfirmasi mengungkapkan bahwa dasar pijak adalah tentang merdeka belajar.

Jika program merdeka belajar dapat dihayati dan diterjemahkan pada implementasi tingkat satuan pendidikan maka guru menulis adalah pilihan yang tepat untuk mengedukasi sejawat, serta sprint transformasi ilmu dan pengetahuan bagi generasi penerus negeri tercinta.

Implementasi program merdeka belajar melahirkan guru penulis, duta rumah belajar, guru penggerak, guru blogger, guru youtuber dan bahkan gammer.

Hal ini dilihat secara profesional dari sudut pandang guru yakni diguguh dan ditiru maka saya mengambil sikap walau dalam keterbatasan, saya harus memulai yakni menjadi guru blogger dan guru youtub atau youtuber, itu yang sementara saya tekuni dua hal tersebut sambil melihat Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) di depan mata kita bersama, juga luncuran Kemendikbud sebagai pengganti Ujian Nasional dan merupakan bagian program merdeka belajar. AKM boleh dikatakan napas program merdeka belajar.

Lebih lanjut Aris yang akrab disapa menegaskan bahwa intinya senang menulis, menulis sebagai rekreasi, study tour, ekspresi diri, guru belajar dan semangat berbagi serta tak kesampingkan semangat bersaing.

Selain youtube dan blog, kami juga aktif di aplikasi belajar Kahoot karena cocok buat milenial belajar sambil bermain (sangat seru), dan juga evaluasi program melalui video konferens seperti Zoom meeting yang melibatkan siswa. 

Jadi kedepan kita akan kembangkan aplikasi ini sesuai tuntutan zaman dan kemajuan IPTEK. Sementara ini dulu kerena tergantung juga alur CGP Kemendikbud, tutupnya. 

Penulis: Thom Fallo


6 comments for "Kepala SMPN Sekon Kembangkan Guru Digital Dari Keterbatasan"