Ini Cerita Singkat Tentang Asal-Usul Salah Satu Suku Di Insana TTU-NTT
Ket Foto: Rumah Adat Suku Masaubat, Insana, TTU-NTT |
Inilah cerita singkat asal-usul rumah adat di Kabupaten Timor Tengah Utara, Suku Masaubat, Insana.
Indonesia adalah negara budaya yang sangat kuat adat istiadatnya dan memiliki beragam suka bangsa serta adat istiadat yang masih tetap dilestarikan sampai saat ini. Setiap suku memiliki adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda.
Di Indonesia yang begitu luas, menyimpan kekayaan alam yang begitu banyak, keberaneka ragam agama, suku bangsa dan adat istiadat. Begitu juga rumah tradisional atau rumah adat setiap suku yang ada di Indonesia. Hal ini tentunya menerangkan bahwa nenek moyang orang Indonesia sangat cerdas.
Mereka membuat rumah adat dengan desain yang menarik dan setiap desain memiliki makna yang sakral sesuai dengan adat dan kebiasaan masing-masing suku.
Rumah Adat Masaubat merupakan salah satu Rumah adat yang terletak di Desa Letneo induk, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Asal mulanya terbentuk rumah adat dan suku Masaubat dapat diceritakan oleh tua adat suku Masaubat.
Menurut keterangan dari Bapa Lambertus Masaubat selaku Tua Adat suku Masaubat, awalnya suku Masaubat keluar dari sonaf Maslete, menjadi Masaubat Sanak, di mana adanya bukti pertukaran nenek moyang yaitu dari Masaubat memberikan dua orang nenek kepada Maslete, begitupun sebaliknya dari Maslete pun memberikan dua orang nenek kepada Masaubat.
Semenjak keluar dari Maslete, suku Masaubat memiliki beberapa moyang yang terus dipuji secara turun temurun yaitu: Be'e Bikot; Be'e Mataus; Be'e Bifai; Be'e babi; Be'e Bona. Itulah kelima nenek moyang yang selalu dihormati dalam rumah adat ini atau dalam suku ini.
Tidak hanya itu, dari kelima moyang kami ini selalu memberikan kekuatan yakni berupa penjaga dan pelindung rumah adat berupa ular yang bisa menjelma menjadi manusia di waktu tertentu.
Di rumah adat juga terdapat Hau teas, di mana orang selalu menyebutnya kayu pemberi keberuntungan atau pemberi rezeki baik cita-cita, keturunan, hasil panen dan lain-lain, tetapi hanya suku Masaubat yang berhak meminta restu pengabulan pada nenek moyang melalui Hau Teas.
Bisa dikatakan bahwa: kepercayaan di daerah ini sangat kuat sehingga agama dan adat menjadi prioritas utama. Keduanya dijalankan bersamaan atau sejalan. Sehingga tidak seorangpun yang dapat mengabaikan adat ini.
Saya tambahkan sedikit sejarah masaubat. Dahulu, puteri dari Sonaf Bikomi, namanya Nano Sanak dinikahi oleh pria bangsawan dari insana (Naisoko). Saat Nano Sanak akan diboyong ke insana, Sonaf mengutus 4 empat amaf ikut ke insana yaitu Sanit - Mnou - Mona - Masaubat.
Mona kemudian kembali ke nainaban sedangkan tiga amaf lainnya tetap tinggal di insana. Ama Masaubat kemudian berpasangan dengan ama Saijao ditugaskan oleh uis Sanak menjaga Lopo Teke (Suana khaen mael, fani keot puta). Dalam perkembangannya, ada sedikit persoalan sehingga ama Masaubat digantikan oleh ama Naibobe, berpasangan dgn ama Saijao.
O ya, saat masih di bikomi, ama Masaubat berpasangan dengan ama Mona. Mona menjaga pah bikomi nakan (nuaf nainaban) sedangkn Masaubat menjaga pah bikomi haen (teke)(Sumber: Yohanes Sanak)
Penulis: Stefania Masaubat (Siswa Kelax XI IPA SMAN Insana Barat)
Sumber: Lambertus Masaubat (Tua Adat Suku Masaubat) Dan Ditambahkan Oleh Yohanes Sanak
Penulis: Stefania Masaubat (Siswa Kelax XI IPA SMAN Insana Barat)
Sumber: Lambertus Masaubat (Tua Adat Suku Masaubat) Dan Ditambahkan Oleh Yohanes Sanak
Editor: Thom Fallo
(Note: Jika ada kekeliruan dalam cerita sejarah ini mohon ditambahkan atau dikurangi biar kami generasi penerus bisa mengetahui sejarah perjalanan suku masing-masing dan dapat mengetahui asal-usul suku kami)..
Jika ada yang hendak memberi masukan cerita ini bisa menghubungi nomor contact WA ini: 082144924535
Mantap..... Tingkatkan terus ade........
ReplyDeleteWilkerz# Terima kasih atas dukungannya...
ReplyDeleteBukan no masaubat tapi nano
ReplyDeleteMaaf bukan no' sanak tapi nano sanak
ReplyDelete