Kanis Pari: Seorang Pemimpin Harus Punya Prinsip Moral, Harus Terampil

Bung Kanis. Nama lengkapnya adalah Petrus Kanisius Pari. Lahir pada 17 September 1930 di Cereng, Manggarai Barat, Flores, NTT. Lahir dari pasangan Bapak Romanus Parera dan Ibu Fransisca Lotik. Anak ketujuh dari 10 bersaudara. Dalam kesehariannya lebih dikenal dengan nama Kanis Pari.

Penulis terinspirasi dengan semangat perjuangan Kanis Pari sehingga mengambil bagian penting dari Buku “Jangan Takut Berpolitik” Oleh Jannes Eudes Wawa, sebagai bagian dari upaya mencerahkan pemikiran rakyat tentang perjuangan dan hakikat berpolitik. Dan inilah beberapa pesan singkat dari Bung Kanis.

Berpolitik praktis itu berarti bertarung dengan kursi dan kuasa. Berjuang dengan prinsip dan resiko. Bergelimang dengan masalah rakyat. Bergelut dengan perjuangan dan tanggung jawab bangsa dan negara. Sarat dengan hak, berat dengan kewajiban. 

Babak karena benturan belur karena pukulan, bimbang hadap kawan bingung hadap lawan. Kalah tidak berkanjang menang tidak langgeng. Kecewa gembira silih berganti. 

Khayal bisa mengawang untuk akhirnya patah frustasi. Berpolitik praktis adalah  masuk bersilat taktik dan strategi di arena, dengan akibat yang pasti hanya satu: siapa salah buka langkah, dia terlempar keluar gelanggang.

Politik itu kotor tapi indah, Licin tapi menarik, Licik tapi resik. Repot tapi asyik. Ruwet tapi gairah. Berbahaya tapi mempesona. Penuh jebakan tapi rindu menarik ingin. Jemu tetapi kembali selalu tetap membelenggu. Penuh gejolak tapi semarak. Bisa diperhitungkan tapi berantakan tidak terduga.

Seorang pemimpin harus punya prinsip moral. Harus integre. Harus terampil. Sebab seorang pemimpin harus bijaksana. Pemimpin yang tidak bijaksana adalah malapetaka. Kebijaksanaan tidak pernah berasal dari cuma latihan. 

Kebijaksanaan tidak pernah bersumber dari birokrasi. Kebijaksanaan juga bukanlah resultante dari aspirasi-aspirasi rakyat. 

Kebijaksanaan mutlak berakar di dalam kepribadian. Bermuara di dalam moral individu. Kebijaksanaan adalah sungai keadilan dan kesejahteraan. Mata airnya: keseimbangan.

Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang dipuja karena tindakan dan perbuatan besar yang jelas kelihatan; sekitarnya ramai, penuh pengikut, tidak kurang teman dan handai, semua tertarik mengambil bagian dari kebesaran. Pemimpin yang tenar adalah pemimpin yang disorak-sorai. 

Pemimpin yang bijaksana, bergulat dengan pertimbangan dan tanggung jawab hati nurani sendiri. Ia biasanya salah dimengerti, dinilai keliru! Resiko pemimpin tenar; tenggelam dalam puji, lupa diri, runtuh berderai. 

Resiko pemimpin besar; mabuk popularitas, goyang keseimbangan, berantakan. Nasib pemimpin bijak; sahabat yang paling setia cumalah hati nurani sendiri. 

Hidup hari ini sebenarnya ia bergaul dengan masa yang akan datang. Berhasil, semua kebagian sorak. Gagal, semua buru-buru cuci tangan.

Demokrasi tidak pernah tanpa perjuangan, di mana-mana di dalam sejarah, demokrasi harus diletakan, harus diusahakan. Demokrasi bukan hadiah. Demokrasi hasil kesabaran dan ketekuan dan ketelatenan.

Itulah secuil pesan dan Bung Kanis.
Nantikan di cerita selanjutnya
Sumber: Buku “Jangan Takut Berpolitik” Oleh Jannes Eudes Wawa

Post a Comment for "Kanis Pari: Seorang Pemimpin Harus Punya Prinsip Moral, Harus Terampil"