Kita MISKIN Karena Bodoh, Kita BODOH Karena Miskin

Kemiskinan dan kebodohan merupakan masalah yang paling serius di negeri ini dan sementara diatasi namun belum juga terpecahkan.

Kata miskin dan bodoh bukanlah kata yang mengandung makna negatif atau sindirin. Namun bagi kebanyakan orang menganggap bahwa kata miskin dan bodoh itu mengandung unsur dan makna negatif jika ditujukan pada subyek/orang.

Kata miskin dan bodoh memiliki hubungan sebab dan akibat. Pada orang-orang tertentu jika kita menyebutnya "miskin dan bodoh" maka ia akan marah. Sebenarnya biasa saja karena kata ini positif. Tidak memiliki ujaran kebencian atau merendahkan.

Kita coba menelusuri pengertian dari kata miskin dan bodoh menurut Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

"Miskin artinya tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah)".

"Bodoh artinya tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dan sebagainya), tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman)".

Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana terjadi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian atau rumah tempat berlindung serta pendidikan dan kesehatan. 

Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Jika kita berpenghasilan rendah (pendapatan ekonomi) rendah atau kecil itu adalah salah satu kategori miskin. Pendapatan ekonomi berkaitan dengan uang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah (jual beli barang dan jasa).

Sementara pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Pendidikan ada 3 jenis yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal.
Tujuannya adalah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Ini beberapa alasan "jika miskin maka kita bodoh, Jika bodoh kita miskin".

1. Banyak anak-anak tamatan SMA yang setelah tamat tidak dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi (kuliah) karena tidak memiliki uang. Mengapa demikian? Karena untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi memang membutuhkan biaya yang sangat mahal, apalagi pada Universitas ternama atau Universitas di luar negeri yang akan menelan biaya sampai ratusan juta rupiah.

Ya... karena kita miskin (serba kekurangan uang). mengapa kekurangan uang? karena penghasilan kita rendah. Mengapa penghasilan kita rendah? Karena pekerjaan kita yang sederhana dan kecil, usaha kita yang kecil. Jadi kalau kita penghasilan rendah maka kita tidak bisa sekolah pada sekolah yang mahal atau jarak jauh untuk memperoleh ilmu sehingga kita tidak bodoh.

2. Banyak mahasiswa lulusan S 1 pun jarang sekali melanjutkan ke jenjang S 2 karena memang biaya untuk kuliah S 2 itu sangat mahal. Ada teman-teman dekat saya yang  lulusan S 1 dan melanjutkan S 2 itupun mereka mendapat beasiswa, kalau tidak mendapatkan beasiswa maka mereka tidak akan melanjutkan ke S 2 ataupun S 3 dan seterusnya. 

Ya.. karena untuk kuliah S 2 itu juga butuh biaya yang besar. Kalau orang tua kita penghasilan rendah maka kita cukup SMA atau S 1 saja. Begitulah kenyataan yang sering terjadi. Pengetahuan antara orang yang tamatan SMA, S 1 dan S 2 itu beda karena ilmu yang didapat itu pun beda.

3. Ilmu pengetahuan dan teknologi kian pesat dan cepat. Perubahannya menuntut kita untuk ikut beradaptasi. Pada kalangan peserta didik atau siswa dari tingkat SD, SMP dan SMA kebanyakan minim akses terhadap ilmu dan teknologi. 

Sebut saja siswa yang berada di pedesaan yang infrastrukturnya belum memadai membuat mereka sulit untuk mengaksesnya. Misalnya penguasaan teknologi komputer, sistem jaringan, akses internet dan ketersediaan buku-buku bacaan terbaru. 

Jika aksesnya tidak ada maka akan menyebabkan degradasi wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Untuk memilikinya saja tidak mampu. Contoh: siswa diharuskan membeli atau memiliki komputer/Laptop, siswa harus memiliki Handphone android agar bisa mengakses informasi menggunakan jaringan internet, siswa harus memiliki banyak buku-buku bacaan. Semua barang-barang tersebut untuk mendapatkannya harus membeli dan harganya sangat mahal. Sehingga faktanya banyak siswa yang tidak memilikinya, akibatnya bodoh (tidak memiliki pengetahuan) atau pengetahuannya kurang.

4. Jaman sekarang untuk mencari pekerjaan itu membutuhkan Ijazah (ada lowongan pekerjaan yang membutuhkan Ijazah SMP, SMA, S 1, S 2 dan S 3). 

(Ijazah itu adalah: surat tanda tamat belajar) pada sebuah lembaga pendidikan yang resmi. Pada setiap lowongan pekerjaan, berdasarkan ijazah tentunya akan berdampak pada penghasilan atau pendapatan ekonomi. Untuk ijazah SMP tentunya penghasilannya lebih kecil dibandingkan dengan ijazah S 2.

Soal Pekerjaan; orang-orang yang bekerja di lembaga, sebut saja di Kementerian dan kantor-kantor tentunya bukan orang yang berijazah SMP. Mereka yang bekerja pada lahan tersebut minimal memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1-S3. Dan tentunnya gaji atau penghasilannya sangat tinggi. Sehingga tidak heran kalau mereka memiliki mobil mewah, rumah mewah dan aset berharga lainnya.

Itulah beberapa alasan dasar yang menguatkan topik tersebut. Ini bukan kesimpulan dari sebuah penelitian secara ilmiah tetapi ini fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. 

Apakah saudara/i juga mengalami hal demikian. Jika tidak, bisa menggali informasi di lingkungan keluarga anda dan lingkungan anda.

Mungkin anda bisa menanyakan kepada teman-teman anda atau keluarga anda, apa pekerjaannya, apa tingkat pendidikannya, berapa penghasilannya, mengapa tingkat pendidikannya hanya sebatas ini saja dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, mengapa tidak sekolah di luar negeri, mengapa hanya bekerja di tempat ini saja, mengapa pekerjaan anda hanya sebatas ini saja?.

Silahkan berkomentar sesuai topik dan alasan dasarnya.

Penulis: Thom Fallo

Post a Comment for "Kita MISKIN Karena Bodoh, Kita BODOH Karena Miskin"