Orang Tua Ekonomi Mapan, Pelajar Dan Mahasiswa Ini Nekat Bunuh Masa Depannya Tanpa Sadar
Foto: Ilustrasi |
Ada seseorang yang sakit pilek, katanya dia harus merokok
salah satu nama jenis rokok sehingga penyakitnya itu dapat cepat sembuh, dan berdasarkan
pengalamannya itu jika ia sakit pilek, rokok tersebutlah yang dapat menyembuhkan
penyakitnya, bukan obat.
Fenomena ini memang banyak terjadi di kalangan masyarakat
terutama pada kalangan perokok aktif.
Perlu diketahui bahwa rokok adalah gulungan tembakau
(kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas), KBBI.
Fenomena lain yang biasanya terjadi dalam kehidupan
masyarakat yaitu ada yang menganggap bahwa orang yang aktif merokok (perokok
aktif) itu sehat-sehat saja, sedangkan orang yang tidak merokok (bukan juga
perokok pasif) justru yang sering mengalami gangguan fisik atau sakit-sakitan.
Alasan ini sangat kuat dan sering dipakai para perokok untuk
tetap merokok walaupun pada setiap kemasan rokok ada warning berbunyi “merokok
sebabkan kanker paru-paru, kanker mulut, bronkitis kronis, gangguan kehamilan
dan janin.
Ada juga pendapat lain dari perokok aktif demikian “
Tetanggaku merokok tapi umurnya sampai 100 tahun, sedangkan ada temanku yang
tidak merokok dan umurnya cuma sampai 60 tahun”
Pernakah anda mendengar berbagai macam
pernyataan-pernyataan di atas?
Tentu soal merokok kan hak setiap orang, tetapi merokok juga
sekarang sudah dilarang dan dibuat peraturannya tersendiri.
Namun jika berbicara soal kesehatan kita kembali pada setiap
pribadi seseorang dengan sistem kekebalan tubuhnya, sehingga baik itu perokok
aktif maupun perokok pasif sama-sama memiliki alasan yang kuat, tapi tidak
berdasarkan data penelitian tentang bahaya dan akibat merokok.
Kali ini penulis lebih fokus pada kemampuan ekonomi
seorang perokok, khusus pada kalangan pelajar SMA dan mahasiswa.
Beberapa data yang dihimpun oleh penulis berdasarkan
wawancara singkat dengan para perokok dikalangan siswa SMA dan mahasiswa
yaitu katanya merokok itu adalah kebutuhan.
Salah satu mahasiswa berinisial AA menyebutkan bahwa, ia
sehari itu merokok satu sampai lima batang, itupun kalau tidak ada uang dan rokok didapatkan dari teman bergaulnya. Kalau saya ada uang itu beli rokok satu
bungkus, dan kalau ada sibuk dengan kegiatan atau acara bisa beli sampai dua
bungkus rokok, ucapnya.
Ketika ditanya soal pekerjaannya, ia pun menjawab bahwa ia
masih berstatus mahasiswa dan belum memiliki pekerjaan tetap untuk mendapatkan
uang sehingga bisa membeli rokok.
AA pun kemudian menguraikan bahwa ia membeli rokok itu
tergantung, kalau ada uang ya beli untuk merokok, dan kalau tidak ada uang ya
minta dari teman-teman yang ada rokok.
Selama ini AA membeli rokok menggunakan uang yang didapat
dari orang tua, beasiswa dan uang kaget lainnya.
Ada juga beberapa mahasiswa yang ingin dimintai keterangan
terkait sumber uang untuk membeli rokok, mereka enggan menjawab dan hanya diam
saja. Beberapa mahasiswa tersebut pun diketahui belum memiliki penghasilan tetap,
dan saat ini masih dalam proses belajar untuk mengejar cita-cita.
Sementara beberapa siswa SMA ketika dikonfirmasi soal sumber
uang untuk membeli rokok adalah murni didapat dari orang tua. Uang yang
diberikan orang tua untuk jajan disekolah mereka alihkan untuk membeli rokok.
Saya itu setiap hari beli rokok pakai uang yang orang tua kasih untuk ke sekolah supaya pakai beli jajan. Tapi saya sampai sekolah saya tidak beli jajan, uang itu saya simpan untuk beli rokok, ungkap Patris N.
Saya itu setiap hari beli rokok pakai uang yang orang tua kasih untuk ke sekolah supaya pakai beli jajan. Tapi saya sampai sekolah saya tidak beli jajan, uang itu saya simpan untuk beli rokok, ungkap Patris N.
Mereka pun mengaku bahwa merokok itu enak. Kalau kami
merokok itu rasanya enak dan ingin terus merokok, jelas beberapa siswa SMA
teresebut.
Untuk itu dugaan sementara penulis terhadap mereka, siswa
dan mahasiswa yang merokok dan sumber uang berasal dari orang tua adalah mereka
yang orang tuanya ekonominya mapan karena selain membiaya kebutuhan pendidikannya juga masih bisa disisihkan untuk membeli rokok, bukan membeli buku atau keperluan pendidikan atau kebutuhan pokok lainnya. Jika tidak memanfaatkan uang untuk kebutuhan vital pendidikan berarti membunuh masa depan tanpa sadar.
Sehingga penulis berencana untuk menelurusi dan memintai keterangan
orang tua terhadap anaknya yang berstatus siswa dan mahasiswa yang merokok menggunakan uang orang tua. Apakah memang ada jatah atau pos
khusus untuk membeli rokok atau tidak.
Penulis: Thom Fallo
Post a Comment for "Orang Tua Ekonomi Mapan, Pelajar Dan Mahasiswa Ini Nekat Bunuh Masa Depannya Tanpa Sadar"