Hel Keta Budaya Orang Timor Sebelum Menikah

Hela Keta’ adalah suatu ungkapan bahasa dawan, yang terdiri dari dua kata, yaitu Hela dan Keta’. Hela artinya menarik atau membatasi. Keta artinya  lidi lontar atau lidi kelapa.

Namun keta yang dimaksudkan  di sini adalah lidi lontar. Hela keta artinya menarik atau mengabaikan lidi lontar yang sudah ada.  Biasanya lidi yang dibutuhkan ada dua jenis yakni jenis laki-laki dan jenis wanita.

Acara Hela keta’ adalah sebuah upacara adat perbaikan antar-wilayah dalam daerah dawan. Karena pada dahulu kala nenek moyang setiap kampung, wilayah dan etnis, ketika dunia belum aman seperti sekarang ini, mereka saling memerangi satu sama lain dengan terlebih dahulu mencuri hewan atau barang-barang milik sesama.

Akibat peperangan tersebut maka terjadi banyak korban dari kedua belah pihak sehingga upacara seperti ini dilaksanakan agar memperbaiki konflik yang terjadi jaman dahulu.

Dalam upacara tersebut segala sesuatu yang sudah dibawa harus diselesaikan di tempat upacaranya. Tidak boleh membawa pulang sisa makanan, baik nasi maupun daging dan minuman.

Tempat upacara adalah sebuah sungai (kali) yang airnya mengalir.
Ada sekian banyak perlengkapan yang dibutuhkan yaitu :  Hewan korban (babi, kambing atau ayam) dan harus bisa dimakan sampai selesai), sirih pinang di tempatnya, sebotol sopi kampung, lidi lontar masing-masing.

Ketika masing-masing rombongan baik keluarga laki-laki atau perempuan tiba di tempat upacara, mereka tidak boleh menyentuh air, yang dimasuki untuk pelaksanaan upacara Hela Keta’ itu.

Rombongan kedua belah pihak berdiri bekelompok masing-masing di sebelah sungai (kali) kiri dan kanan, yang dipisahkan oleh air yang sedang mengalir.

Lasimnya upacara seperti ini biasanya dilakukan dengan siang atau sore hari tetapi ini dilakukan pada malam hari. Upacara ini terjadi di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kefamenanu, Eban.

Penulis: Thom Fallo

Post a Comment for "Hel Keta Budaya Orang Timor Sebelum Menikah"