Tulisan Mu Itu Fiksi
Sebut saja namanya Ary, berasal dari sebuah desa yang tingkat kemajuan infrasrukturnya mengalami peningkatan yang pesat di sebuah kabupaten yang selalu dalam benaknya adalah kabupaten tertinggal se-Indonesia. Lagi-lagi bagi saya ini fiksi tingkat dewi fortuna.
Sejak kecil ia dikenalsebagai siswa teladan karena kemampuan IQ nya, sehinggah menorehkan banyak prestasi dibidang akademik baik di kanca lokal maupun nasional.
Berbekal kemampuan yang mumpuni itu, setelah tamat dari SMP, beliau berkeinginan untuk melanjutkan ke sekolah dengan latar belakang didikan para rohaniwan atau yang biasa lazimnya disebut dengan seminari.
Cita-citanya untuk menjadi seorang tokoh rohaniwan akhirnya kandas di tengah jalan,dan memilih untuk hengkang dari sekolah itu, menghantarkan beliau hingga sekarang mengenyam pendidikan S2 di ibu kota negara.
Beberapa hari yang lalu, publik dihebohkan dengan tulisannya yang mengupas tuntas tentang sebuah persoalan akademis yang dialami oleh beberapa mahasiswa yang difasilitasi oleh pemerintah daerah untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Soalnya, menurut dia dalam tulisan itu, seolah ada yang diterlantarkan oleh pihak pemerintah sebagai penanggung jawab. Dalam tulisan yang dipoles dengan aroma dramatis itu membuat pembaca seakan terlena dan merasa empati pada objek dalam opini yang ia bangun ibarat serial turki yang skenarionya didesain untuk menggugah pola pikir serta karakter penonton hingga hal yang fiktif pun dianggap benar.
Asas Ketuhanan sebagai makluk religius pula ikut disertakan sebagai menu tambahan untuk melengkapi cita rasa yang berbeda dalam tulisannya itu.
Mengutip apa yang pernah dikatakan Rocky Gerung, dalam sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta bahwa fiksi adalah proses untuk mengaktifkan imajinasi maka interpretasi konotasi fiksi dan kaitannya dengan tulisan tersebut adalah ada sebuah fiksi karakter untuk membangkitkan gairah trust public seolah narasi dengan dalil imajinatif dalam tulisan itu semua itu benar.
Logika berpikir yang saya bangun untuk menjustifikasi tulisan itu fiksi adalah berdasarkan perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) bahwa tanggung jawab untuk membangun bangsa dan negara merupakan tanggungan semua elemen masyarakat yang hidup dan menikmati kehidupan dalam bumi pertiwi ini.
Menariknya di era digital ini muncul filisofi dari gadget bahwa yang jauh didekatkan, yang dekat dijauhkan, yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan.
Kehidupan sosial politk seolah dimanipulasi hanya dengan menggunakan media sosial sebagai wadah untuk berkontribusi membangun daerah.
Penulis dalam tulisan yang bertema penipuan rakyat itu dianalogikan seperti sebuah robot buatan Cina yang fungsi kontrolnya hanya dengan menggunakan remote control untuk menjalankan aktifitas kemanusiaan.
Bagi saya penulis tak mampu membersihkan kotoran yang ada di bola matanya. mengapa? Persoalan yang diangkat dalam tulisan itu tepat berada ditempat rantauan yang sama.
Asas praduga yang saya ungkap di sini adalah apakah benar ada aktifitas humanis yang ia lakukan ataukah hanya dengan mengunjungi dan ikut meratapi tangisan anak rantauan itu sudah cukup baginya untuk menamakan dirinya sebagai pelaku pembaharuan tanpa ada sebuah tindakan ?
Hasil keraguan atas tulisan aktualnya itu adalah dengan keakuratan dari tulisan itu karena data yang dipresentasikan bersifat asumsi, kelincahan jarinya dalam menulis disertai imajinasi tingkat tinggi membuat tulisan tersebut perlu dan penting dipredikatkan sebagai tulisan hoax.
Saudaraku, Hp dan komputer tidaklah cukup untuk mengubah bangsa dan negara serta, hanya dengan lihai dalam memainkan jari tangan untuk memanifestasikan imajinasi, melainkan kata Adian Napitupulu, harus ikut merasakan aroma tubuh rakyat disertai solusi itulah hakekat yang sesungguhnya sebagai kaum intelektualis.
Masih banyak kompleksitas persoalan rakyat yang sejatinya membutuhkan tanggungjawab kita bersama. Bawalah terangMu untuk menyinari kampung kita, karena rakyat kita butuh BPJS (butuh pelukan juga sentuhan) oleh semua kita sebagai komponen anak bangsa dan anak Biinmaffo.
Salam Pembangunan Biinmaffo
‘’Nekaf mese ansaof mese tafean pah TTU’
Penulis : Ary Kono
Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Nusa Cendana, Kupang-NTT.
Penulis : Ary Kono
Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling, Universitas Nusa Cendana, Kupang-NTT.
Semoga kedepannya ada siswa yg pemikirannya lebih jauh lagi🙏
ReplyDeleteSemoga kedepannya siswa siswi dapat mempunyai pemikiran yg lebih jauh dan luas lagi.
ReplyDelete